OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

27 Februari 2010

Pemimpin yang Rendah Hati


Oleh: A. Mustofa Bisri

Suatu ketika seorang laki-laki menghadap Nabi Muhammad SAW dan gemetaran –oleh wibawa beliau-- saat berbicara. Nabi SAW pun berkata menenangkan: “Tenang saja! Aku bukan raja. Aku hanyalah anaknya perempuan Qureisy yang biasa makan ikan asin.” (Dalam hadisnya, menggunakan kata qadiid yang maknanya dendeng, makanan sederhana di Arab. Saya terjemahkan dengan ikan asin yang merupakan makanan sederhana di Indonesia).

Ketika Rasulullah SAW datang di Mekkah, setelah sekian lama hijrah, sahabat Abu Bakar Siddiq r.a. sowan bersama ayahandanya, Utsman yang lebih terkenal dengan julukan Abu Quhaafah. Melihat sahabat karib sekaligus mertuanya bersama ayahandanya itu, Rasulullah SAW pun bersabda “Wahai Abu Bakar, mengapa Sampeyan merepotkan orang tua? Mengapa tidak menunggu aku yang sowan beliau di kediamannya?”

21 Februari 2010

Rok Lambang Kejantanan

Iseng-Iseng saya mencoba nimbrung di sebuah forum diskusi tentang hukum orang laki-laki yang menyerupai laki, dan sebaliknya. Dikatakan bahwa dalam hukum Islam, tidak diperkenankan seorang wanita yang menyerupai laki-laki baik dalam sikap maupun berpakaian, begitu pula sebaliknya.

Dalam diskusi yang diikuti oleh “kaum” yang sering menyapa saudara-saudaranya dengan “akhi” dan “ukhti” itu disebutkan salah satu dasar. Di riwayatkan dari Abu Hurairah Rodhiallahu anhhu ia berkata; ''Rosulallah salallahualaihi wassalam telah melaknat laki-laki yg memakai pakaian wanita & wanita yg memakai pakaian laki-laki.''(H.R.Abu Dawud & Al-Hakim)

Saya sama sekali tidak bermaksud “membantah” hadist itu. Saya memposisikan diri sebagai orang awam yang ingin belajar. Saya cuma teringat oleh sebuah film yang menggambarkan seorang sconlandia yang menggunakan pakaian agak aneh –yang kalau di Indonesia mirip rok perempuan—. Dalam budaya kita, pakaian itu saya yakin akan di klaim sebagai pakaian wanita, tapi saya tidak yakin jika menggunakan kaca mata budaya di scotlandia? Bisa jadi “rok” yang dipakai oleh mereka itu malah dipandang sebagai lambang kejantanan.

Islam Lokal

Beberapa tahun yang lalu, saya menghadiri sebuah akad nikah seorang sahabat. Dalam akad itu, menggunakan bahasa arab. Entah karena alasan apa, sahabat saya itu menggunakan cara itu, tapi yang pasti saya sekarang sering menjupai hal itu di masyarakat. Dan itu sudah menjadi hal biasa. Lumrah, bahkan menjurus ke tren.

Setelah selesai, kemudian ditutup dengan do’a-do’a, seorang sahabat lain yang duduk disamping saya nanya ama saya.

“Sah nikahnya?” tanyanya

Aku agak kaget dengan pertanyaannya itu, apakah ada yang salah dalam akad nikah tadi? “emangnya kenapa?” tanyaku bingung.

“Nggak apa-apa, cuma nanya… menurutmu nikah tadi sah apa nggak? Kita kan juga termasuk dalam saksi…?

18 Februari 2010

Bakso Khalifatullah

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”.

14 Februari 2010

”Islamic Valentine Day”


Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta kemanusiaan.

Islam bukan kostum drama, sinetron atau tayangan-tayangan teve Ramadan. Islam itu substansi nilai, juga metodologi.Ia bisa memiliki kesamaan atau perjumpaan dengan berbagai macam substansi nilai dan metodologi lain, baik yang berasal dari ”agama” lain, dari ilmu-ilmu sosial modern atau khasanah tradisi. Namun sebagai sebuah keseluruhan entiti, Islam hanya sama dengan Islam.

Bahkan Islam tidak sama dengan tafsir Islam.Tidak sama dengan pandangan pemeluknya yang berbagai-bagai tentang Islam. Islam tidak sama dengan Sunni, Syi’i, Muhammadiyah, NU, Hizbut Tahrir dan apapun saja aplikasi atas tafsir terhadap Islam. Islam yang sebenar-benarnya Islam adalah dan hanyalah Islam yang sejatinya dimaksudkan oleh Allah.

10 Februari 2010

Keberhasilan

Kata ‘berhasil’ sering diucapkan oleh hampir seluruh orang dan media akhir-akhir ini. Ada yang berteriak menyatakan pemerintah tidak berhasil. Dan pihak yang “dituduh” tidak berhasil mati-matian mengungkapkan secara detail bahwa dia telah berhasil, semua data dikeluarkan, angka-angka bertebaran. Dan kalau perlu, diilmiah-ilmiahkan.

‘berhasil’ maknanya jadi sangat berbeda antara satu pihak dengan pihak lain. Entah itu berdasar fakta, atau sengaja dibedakan untuk kepentingan tertentu. Tapi yang pasti ketika ada berita di kompas.com tanggal 4 februari 2010 dengan judul ”SBY : Keberhasilan Program 100 Hari Sebesar 99 Persen Lebih”, sontak saya dan beberapa teman yang tinggal di Tembagapura rasanya sedih membaca judul berita itu. Rasanya ingin marah, selama tujuh bulan (sejak Juli 2009) masyarakat Timika-Tembagapura merasa terancam, hidup tidak tenang, korban baik luka bahkan nyawa terus jatuh, selama tujuh bulan hidup dalam kecemasan namun tiba-tiba ada yang bilang bahwa Pemerintah sukses memimpin Indonesia. Mungkin, hati kami semua tersayat.

07 Februari 2010

Abdi


Ditulis Oleh : Mohamad Sobary

Abdi itu posisi sosial seseorang dalam relasi kekuasaan yang bersifat patron-klien. Kita boleh menyebutnya relasi Tuan-hamba. Sang Tuan (patron) memegang kekuasaan sangat besar, si hamba (klien) sebaliknya.

Kekuasaan hamba terbatas dalam ”bingkai” perintah. Esensinya ia memenuhi perintah Tuan tanpa tawar-menawar. Kebebasannya hanya pada cara. Ketika tugasnya mengantar surat, misalnya, dia boleh berlari, boleh berjalan, boleh pula naik kendaraan (kalau ada ongkosnya).

Konsep abdi berasal dari satuan sosio-kultural lokal-tradisional. Di keraton-keraton Jawa ada abdi dalem. Kecuali abdi, dikenal pula posisi batur. Di dunia Melayu, abdi atau batur itu disebut hamba atau hamba sahaya.

01 Februari 2010

Toko Dalam Toko Kelontong

Agama Versi Emha Ainun Nadjib

Dalam forum Maiyahan, tempat pemeluk berbagai agama berkumpul melingkar, sering saya bertanya kepada forum: "Apakah anda punya tetangga?"
Dijawab serentak "Tentu punya."
"Punya istri enggak tetangga Anda?"
"Ya, punya doooong."
"Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu?"
"Secara khusus, tak pernah melihat."
"Jari-jari kakinya lima atau tujuh?"
"Tidak pernah memperhatikan."
"Body-nya sexy enggak?" Hadirin tertawa lepas.

Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka: "Sexy atau tidak, bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja. Keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain. Ndak usah diomong- omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan di dalam hati.