OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

30 Mei 2010

Usulan Orang Bodoh Tentang Subsidi BBM


Rakyat adalah bagian terpenting dari tatanan sebuah negara. Entah bentuk pemerintahannya itu seperti apa, rakyat adalah sebuah kelompok yang punya hak untuk hidup sejahtera. Entah presidennya pria atau wanita, menteri keuangannya Sri Mulyani ataupun Agus, sistem ekonominya kapitalis ataupun sosialis, garuda itu noleh-nya ke kanan atau ke kiri, ada Sekber atau tidak, apalagi kalau hanya sekedar Ibas jadi Sekjennya partai Demokrat atau tidak, itu tidak merubah sedikitpun komposisi hak-hak rakyat untuk hidup dengan layak.

————-

Ada kisah tentang sebuah kampung sedang kena krisis tingkat tinggi. Kemudian, Kepala Desa mendapat bantuan beberapa juta rupiah. Di kampung tersebut, ada beberapa golongan penduduk. Miskin, menengah dan kaya. Yang miskin jumlahnya lebih banyak, yang menengah lumayan dan yang kaya hanya segelintir saja.

Pinjam Tangan Rakyat Untuk Cebok


Kalau saja gunung itu bisa dipindah tempatnya, saya beranggapan bahwa tangan politik akan memindahkan gunung itu. Misalnya saja laut itu bisa dikuras, bisa jadi tangan politik akan mengurasnya. Semuanya yang bisa dilakukan, pasti akan coba dilakukan oleh tangan-tangan politik. Entah hal itu bertentangan dengan logika atau tidak, pasti akan dilakukan. Batas-batas logika saja dilewati, apalagi hanya batas-batas rasa, hati dan nurani, pasti sudah bukan lagi menjadi bahan pertimbangan.

­——

Rakyat adalah bagian terpenting dari tatanan sebuah negara. Entah bentuk pemerintahannya itu seperti apa, rakyat adalah sebuah kelompok yang punya hak untuk hidup sejahtera. Entah presidennya pria atau wanita, menteri keuangannya Sri Mulyani ataupun Agus, ada Sekber atau tidak, apalagi kalau hanya sekedar pimpinan partai Demokrat itu Anas atau Marzuki, itu tidak merubah sedikitpun komposisi hak-hak rakyat untuk hidup dengan layak.

14 Mei 2010

Herawati Curhat ke Herawati (Perang Citra)

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara RI, Komisaris Jenderal (Komjen) Susno Duadji ditahan, segala macam argumen bertebaran diberbagai media. Perdebatan tiada henti silih berganti dari satu stasiun TV ke stasiun TV yang lain. Pengacara Susno “diadu” dengan perwakilan Polri diwasiti oleh pengamat politik dan pakar hukum, dan dipromotori oleh produser statsiun televisi. Bak seorang artis yang sedang kena gosip perceraian, para “tokoh-tokoh” yang ada dalam kasus ini hilir mudik di layar kaca.

Perang Citra, begitulah beberapa orang pintar bilang. Semangat utama yang dibangun bukan mencari kebenaran, melainkan beradu opini untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Kadang kala manuver-manuver yang dilakukan menembus batas akal sehat ataupun logika, karena sasaran tembaknya adalah perasaan masyarakat. Yang secara kebetulan masyarakat kita adalah masyarakat cengeng yang perasa, yang hobi banget bersedih-ria ala sinetron atau nangis habis ala termehek-mehek.

Masih Banyak Sri Mulyani Lain


Seperti yang sudah kita dengar minggu lalu, Sri Mulyani Indrawati ditunjuk menjadi Managing Director atau Direktur Operasional Bank Dunia mulai 1 Juni 2010 menggantikan pejabat lama yang akan habis masa jabatannya pada 30 Mei 2010, Juan Jose Daboub. Akan tetapi, gonjang-ganjing tentang hengkangnya Sri Mulyani ke Bank Dunia ternyata masih terasa. Minimal, hari ini masih ada beberapa sahabat saya yang membahasnya. Obrolan-obrolan tentang Menteri Keuangan ini masih sering saya dengar.

Hampir semuanya menceritakan tentang keberhasilan, kehebatan dan keluar-biasaan perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini. Deretan cerita sukses Bu Sri dijabarkan sedemikan rupa sehingga terkesan tidak ada rasa bosan diantara mendengar argumen-argumen yang sebenarnya hampir sama esensinya.

Di Negeri ini, Orang Pintar pun Harus “Ngemis”

Beberapa waktu yang lalu, Presiden memberikan apresiasi kepada para siswa yang berhasil meraih Nilai UN tertinggi. Bentuk penghargaan itu berupa laptop, dan hadiah itu diberikan pada acara puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional 2010 di Istana Negara, 11 Mei 2010. Siswa berprestasi itu antara lain Shelly Silvia Bintang (SMAN 1 Denpasar) yang lulus dengan nilai rata-rata 9,65, I Wayan Sumahardika (SMAN 1 Denpasar) nilai rata-rata 9,64, dan I Gusti Ayu Agung Indrayuni (SMAN 1 Singaraja) dengan nilai rata-rata 9,63.

Sedangkan tiga lulusan sekolah menengah pertama dengan nilai tertinggi adalah Ni Made Yuli Lestari dari SMPN 1 Gianyar, Ni Kadek Indra Puspayanti dari SMPN 1 Abiansemal dan Fitrian Dwi Rahayu dari SMPN 1 Karangayar, ketiganya memperoleh nilai rata-rata tertinggi nasional 9,95.

Ketagihan Diperkosa


Inilah Indonesia, Negara dengan segala macam problematikanya, Bangsa yang tak pernah bosan dengan retorika-retorika tanpa ada hal baik menjadi nyata, Keluasan wilayahnya malah membuatnya menjadi kerdil karena kepicikan perilakunya. Negara subur namun tak bisa makmur, Bangsa kaya namun sengsara”

Begitulah kira-kira keluhan seorang teman suatu ketika. Rasa jengkelnya membuatnya menjadi “benci” dengan keadaan yang ada di Negaranya, meskipun sebenarnya dia masih cinta.

Masih belum sampaikah kita pada titik optimum multi-krisis ini? Sehingga masih belum ada yang memulai untuk bergerak, untuk memikirkan bagaimana cara melepaskan diri dari “kepingsanan” diri.

11 Mei 2010

Optimisme dan Dominasi Sampah kecil

Tembagapura, sebuah kota dengan ketinggian kurang lebih 3000 meter diatas permukaan laut selalu menawarkan suhu dingin setiap paginya. Kondisi cuaca yang perbedaannya sangat ekstrim bila dibandingkan dengan Timika yang jaraknya tidak lebih dari 100 km dari tembagapura. Jika di Timika, kulit kita akan dibakar dengan sinar matahari dengan suhu minimal 32oC, sementara di Tembagapura, suhu maksimum hanya mencapai 20oC.

Masih Banyak yang Peduli

Pagi itu (9/5/2010), dilapangan Tembagapura mile 68 yang sangat dingin ada sekitar 1000 orang berkumpul, saya termasuk didalamnya. Sempat terbesit rasa kagum, ternyata masih banyak orang yang peduli dan mau diajak untuk melakukan kegiatan yang mungkin bagi kebanyakan orang dianggap sebagai aktivitas yang hanya bikin capek. Clean City, begitulah judul kegiatan kita pagi itu. Seribu orang itu tidak berikan bayaran apa-apa, tidak kena sanksi apa-apa jika tidak ikut, namun semuanya bersemangat untuk ikut serta. Membersihkan sampah yang ada dijalan, memungut apa saja yang dianggapnya bikin kotor dan membahayakan lingkungan.

Koruptor Jangan Dipenjara

Beberapa waktu yang lalu, sebuah penjara khusus koruptor diresmikan. Selasa, 27 April 2010 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar meresmikan rumah tahanan kelas I khusus tindak pidana korupsi pertama di Indonesia.

Konon kabarnya, rancangan rutan khusus itu berdasarkan standar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan jumlah kamar sebanyak 64 unit dan berkapasitas 256 orang. Bangunan rumah tahanan tipikor terbagi atas tiga lantai. Lantai satu terdapat 16 kamar yang dihuni satu tahanan untuk satu kamar bagi tahanan yang sakit atau tua. Lantai dua dan tiga terdiri atas 12 kamar, setiap lantai diperuntukkan bagi tahanan lima orang untuk satu kamar.

01 Mei 2010

Pak Menteri, Jangan Jadi Iblis

Awalnya, Saya menganggap pernyataan dari bapak Menteri tentang calon kepala daerah itu tidak boleh dari orang yang pernah melakukan perbuatan zina itu hanya sekedar ungkapan secara sporadis untuk merespon fenomena artis-artis yang mencoba untuk mencalonkan diri menjadi Bupati atau Wakil Bupati.

Ternyata Mendagri serius bener dengan hal itu, kabarnya isu tentang zina ini akan dibawa ke rapat dengan DPR-RI komisi II. Sebenarnya saya pernah merespon masalah ini lewat tulisan Miyabi mencalonkan Diri jadi gurbenur tapi tangan saya masih terlalu gatal untuk menulis lagi.

Ketika usulan tentang zina ini dikritisi oleh beberapa pihak, bahwa agak susah memaksakan urusan moral masuk kesebuah undang-undang resmi tertulis. Moral adalah sesuatu yang sifatnya kualitatif yang cara melihatnya amat sangat relatif antar individu. Namun, Mendagri dalam wawancara dengan TV-One tadi malam (28/04/2010) berkilah bahwa kalo urusan moral memang tidak boleh disertakan dalam suatu undang-undang, kenapa dalam undang-undang yang ada disebutkan tentang calon kepala daerah harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa?. Urusan taqwa kan juga berhubungan dengan moral.

Tak Lulus UN, Santai Saja!

Tak lulus UN, seorang sisiwi bunuh diri. Berita itu, mebuat saya semakin miris melihat pola pendidikan sekolah serta pendidikan dalam masyarakat. Dalam berita itu diceritakan bagaimana seorang siswi yang mempunyai nilai tinggi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia namun “hancur” di pelajaran matematika, karena takut dimarahi orangtuanya akhirnya dia nekat mengakhiri hidupnya. Fenomena seperti ini bukan hanya karena masalah sistem UN itu baik atau tidak, ini lebih dari hal itu.

Masyarakat memandang bahwa Sekolah adalah segalanya, disana ada harapan, kemakmuran dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebahagiaan masa depan. Term itu sudah menancap sedemikian dalam di benak hampir semua orang. Jadi jangan kaget jika banyak orang tua berjuang mati-matian untuk bisa memasukkan ke sekolah favorit, unggulan, Standart Internasional atau segala macam sebutannya itu.