OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

22 Agustus 2011

SBY, Presiden yang Cinta Rakyatnya

Sepertinya kemelut kasus Nazaruddin ini tidak akan usai dalam waktu dekat. Gonjang ganjing soal kasus yang melibatkan para petinggi partai Demokrat ini terus bergulir. Episode demi episode drama Nazaruddin mengisi pemberitaan televisi dan media cetak.

Salah satu hal yang lumayan menarik perhatian adalah ketika Nazaruddin menulis surat kepada Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Dia meminta perlindungan dari Presiden, dia berharap agar keluarganya dilindungi. Berikut isi lengkap surat tersangka kasus pencurian uang negara itu:

21 Agustus 2011

Ini Dia Balasan Surat Presiden SBY untuk Nazaruddin

Jakarta - Tersangka kasus wisma atlet Muhammad Nazaruddin mengirimkan surat kepada Presiden SBY yang meminta agar Presiden tidak mengganggu anak dan istri Nazaruddin. Sebagai kompensasinya, Nazaruddin siap untuk bungkam atas kasus-kasus yang dia ketahui.

Menanggapi surat Nazaruddin tersebut, Presiden SBY pun membalasnya. SBY mengaku sudah membaca surat itu dan meminta agar Nazaruddin kooperatif menjalani pemeriksaan di KPK. Presiden kembali menegaskan tidak akan mencampuri kasus ini.

Terkait masalah keluarga Nazaruddin, menurut SBY, dalam semua kasus, tidak hanya kasus Nazaruddin, SBY selalu memerintahkan agar aparat penegak hukum bekerja profesional, menjamin keselamatan semua pihak yang terkait. Adalah sudah menjadi tanggung jawab aparatur negara untuk menjamin ketenangan, kenyamanan dan keamanan seluruh warga negara.

17 Agustus 2011

Rakyat yang Bebal

17 Agustus, hari yang punya arti penting bagi bangsa ini. Indonesia ulang tahun. Hampir semua warga negara ini bergembira menyambut peringatan hari lahir tanah airnya. Semua pihak kadang punya ‘ritual’ sendiri-sendiri untuk menyambut peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Orang-orang kampung bergembira dengan berbagai lomba, mulai panjat pinang hinggga balap karung. Pelajar ikut berbagai lomba cerdas cermat hingga lomba baca puisi. Semua bergembira.

Selain lomba-lomba itu yang sifatnya non-resmi, sekedar pesta rakyat, institusi-institusi resmi dinegeri ini punya kewajiban untuk melakukan yang sifatnya resmi, upacara peringatan detik-detik proklami kemerdekaan Republik Indonesia.

Upacara pengibaran dan penurunan bendera dilakukan mulai dari tinggat kecamatan hingga ‘level tertinggi’ yang dilakukan di Istana Negara yang dipimpin langsung oleh Kepala negara. Hampir semua dari kita sepakat bahwa acara ini adalah acara yang sakral dan memiliki ‘nilai’ penting. Semua stasiun televisi menyiarkan acara ini.

Nada Sinis di Tengah Teriakan Merdeka

Di tengah gegap gempita peringatan hari kemerdekaan Repiblik Indonesia, masih saja kita dengar nada-nada sinis. Banyak orang bergembira, pekik merdeka terucap di bibir atau di dunia maya. Status facebook, timeline twiiter dan jejaring sosial lainnya penuh sesak oleh ekspresi kebahagiian atas ulang tahun negaranya. Akan tetapi ada beberapa orang yang ‘mempertanyakan’ kemerdekaan bangsa ini, seolah-olah mereka tidak bangga atas negaranya sendiri.

“Merdeka apanya? Negara ini masih kacau” begitu kata salah satu dari mereka yang sinis terhadap kemerdekaan ini. Sejujurnya, komentar-komentar seperti ini terkesan merusak suasana. Hingar bingar peringatan kemerdekaan sedikit diganggu oleh nada-nada negatif semacam itu.

13 Agustus 2011

Ibu Ani Berjasa? Istri Pemulung Juga!


Jumat, 12 Agustus 2011, pemerintah memberikan bintang tanda jasa pada 30 tokoh nasional. Di antara nama-nama yang terpilih, ada Ibu Negara Ani Yudhoyono, Ketua MPR Taufiq Kiemas sampai artis senior Titik Puspa.

Tidak hanya itu, Mantan Menkokesra Aburizal Bakrie dan Mantan Menkeu Sri Mulyani juga mendapatkan bintang kehormatan Mahaputera Adipradana.

Pemberian penghargaan ini menuai banyak pertanyaan dari berbagai kalangan. Beberapa nama yang mendapat pemnghargaan itu dinilai oleh beberapa kalangan belum pantas untuk menerima penghargaan. Nama Ibu Ani Yudhoyono dan Aburizal Bakrie adalah nama-nama yang paling sering dipertanyakan.

Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Desmon J Mahesa pun mempertanyakan pemberian penghargaan kepada Ani Yudhoyono yang juga istri Presiden SBY itu.

"Apa prestasi Ani Yudhoyono dari sisi kemanusiaan dan kemasyarakatan? Penghargaan itu penghargaan apa? Ini namanya jeruk makan jeruk," ujarnya.

11 Agustus 2011

Hentikan Penggunaan Istilah “di-Munir-kan” Untuk Maling


Kepulangan Nazaruddin ditunggu banyak orang. Kabar tentang penangkapan tersangka maling uang negara itu banyak menyita perhatian publik. Informasi-informasi yang ia berikan kepada media selama masa buron membuat banyak pihak penasaran, terutama dikarenakan nama-nama yang disebutnya adalah orang-orang beken di partai pemenang pemilu 2009, Partai Demokrat.

Presiden kita juga ternyata punya perhatian ekstra untuk kasus Nazaruddin ini, selang beberapa saat saja setelah ada kabar penangkapan Nazaruddin beliau sudah angkat bicara di depan wartawan. Tentu kita senang punya Kepala Negara yang respon dan perhatiannya terhadap kasus korupsi sedemikian besar, meskipun kadang ada juga kasus yang keselip, misalnya Nunun Nurbaetie.

Sesuatu hal yang pasti, bahwa Nazaruddin ini kemudian menjadi penting dan membuat semua orang ‘kangen’ padanya. Nazaruddin yang diharapkan mampu sedikit member informasi untuk bisa membuka beberapa tabir yang menutupi kebobrokan perilaku para politikus bangsa ini. Sangat wajar kiranya kemudian ada rasa khawatir akan keselamatannya.

10 Agustus 2011

Rakyat Inggris Cengeng! Indonesia Juara!

London memanas, Inggris bergejolak. Begitu kabar yang beredar di akhir-akhir ini. penjarahan terjadi berbagai tempat, massa mengamuk tak karuan, membakar dan menghancurkan apa saja, mobil, toko dan bahkan mereka melempari polisi dengan botol dan petasan.

Ada lebih dari 16.000 polisi dikerahkan untuk mengamankan kekacauan ini. Toko-toko yang adabeberapa daerah juga mulai ketakutan dan menutup lapak mereka lebih awal, mereka khwatir kerusuhan di London akan menyebar. Dan memang berdasarkan informasi terkahir yang didapat menyebutkan bahwa aksi kekerasan menyebar hingga pusat kota Birmingham, wilayah barat Bristol, dan barat laut Liverpool.

Konon, aksi kekerasan di London itu awalnya terjadi pada Sabtu, 6 Agsutus di distrik Tottenham di London ketika sebuah demonstrasi damai memprotes pembunuhan Mark Duggan oleh polisi berakhir rusuh.

Hal mendasar yang menjadi pemicu utama terjadinya kerusuhan ini adalah masalah ketimpangan dalam kehidupan sosial masyarakat Inggris. Nurdin Abd Gani dalam tulisannya menyebutkan bahwa ketimpangan sosial dan beberapa kebijakan pemerintah akhir-akhir yang menyulut api kemurkaan masyarakat Inggris. Pemutusan lapangan kerja, pencabutan subsidi terhadap pendidikan, meningkatnya pengangguran merupakan faktor pemicu kerusuhan yang sedang membara di negara kerajaan Inggris tersebut.

Sejak Kapan Ramadhan Minta Dihormati?

Kala sekolah dulu, tentu pernah merasakan upacara bendera, pernah ‘diperintah’ untuk hormat bendera merah putih.

“Hormaaaat Grak…!” begitu aba-aba yang diteriakan oleh komandan upacara, dan seketika itu tangan kita mengambil sikap hormat kepada bendera yang dikabarkan.

Apa yang ada dalam hati kita saat hormat bendera? Biasa saja atau punya perasaan lain? Perasaan yang agak sensitif misalnya? Menjadi melankolis atau tiba-tiba perasaan cinta kepada negeri ini bertambah setelah hormat bendera? Kemungkinan itu ada, namun seberapa besar kemungkinan itu?

Kalaupun ternyata nasinalisme kita terbakar saat hormat, apakah benar nasionalisme itu tumbuh karena hormat, atau hormat hanya sebagai sebuah momentum yang membangkitakan kembali rasa cinta kepada tanah air. Membangkitkan, bukan melahirkan. Rasa cinta itu sudah tertanam dalam batin namun terlelap, dan saat hormat bendera itulah seakan-akan dibankitkan kembali perasaan sayang itu.

Kenapa Heboh dengan Komersialisasi Agama?

Jauh-jauh hari saya pernah bertanya, dan sampai detik ini saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Seingat saya, setahun yang lalu saya bertanya kepada siapa saja lewat akun twitter dan facebook saya tentang tayangan adzan di televisi. Kira-kira redaksi pertanyaan saya seperti ini: “apa alasannya televisi menayangkan adzan maghrib dan subuh saja, kenapa yang lain (sholat lain) tidak?”. Saya lontarkan pertanyaan itu tidak dibulan romadhon.

Adzan maghrib dibulan romadhon mungkin punya ‘level’ yang penting bagi kebanyakan orang, sebagai penanda berbuka puasa. Begitu pula dengan adzan subuh yang dianggap sebagai penanda awal puasa. Namun jika bukan romadhon, saya merasa ‘level’ semua adzan sholat itu sama. Jadi saya waktu itu terganggu oleh sebuah pertanyaan kenapa tidak semua waktu sholat ditayangkan adzan?