Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib
Maqamku Pok Dhah Nyuang
Gelarku Amirul Khulafa
Atasanku Jibril
Bawahanku para panglima
Di benua-benua vertikal dan horisontal
Aparatku Dewi Pesawahan
Bahureksa gunung dan gua-gua
Pengayom hewan dan Pawang hujan
Pasukan kavaleriku melintas-lintas
Di sela-sela benda dan galaksi
Prajurit infantriku tersembunyi
Di setiap bongkahan tanah bumi
Sandhiyudhaku penelusup angin
Bekerjasama dengan pasukan khusus Malaikat
Yang mengendarai cahaya
Bersemayam di bilik persembunyian kalbu manusia
Malam ini kupanggil Kakek Nenek induk bangsa Nusantara
Kutampar mukanya dan hampir kuludahi martabatnya
Merangkak kamu ke sini
Tundukkan kepala
Tundukkan dalam-dalam sampai ke gua rahasia
Atau simpan mukamu di kantung martabat
Kakek nenek moyang memalukan cucu-cucu
Cucu-cucu mencoreng muka kakek nenek moyang
Wajah kalian semua mempermalukan Tuhan
Kemelorotan peradaban kalian terjerembab
Hingga ke ufuk terendah
Kini Tuhan sedang melakukan perhitungan
Dan hasil kalkulasinya kalian tunggu sebentar lagi
Kenapa kau biarkan anak cucumu itu menyusut
Mengecil menjadi sekerdil-kerdilnya makhluk di bumi
Kenapa kau biarkan mereka kehabisan kepercayaan diri
Kehilangan pemahaman alamiah tentang anatomi nilai
Tidak percaya kepada rasa syukur dan ajaibnya rejeki
Sampai mereka jual kepala dengan harga pantat
Mereka ecerkan Tuhan dengan harga dukun
Mereka obral Nabi Rasul dengan tarif pengajian
Mereka loakkan fatwa ditukar dengan kedunguan politik
Mereka banting kartu As kemanusiaan dengan defisit balak-enam
Mereka kakilimakan berkah nasib dengan Ketik Reg
Anak cucumu hidup dalam kemiskinan amat absolut dan sangat mutlak
Ditutup-tutupi dengan kemegahan yang segera ambruk dalam sekejap
Sedangkan Sang Maha Pencipta Tuhan pepunden kita
Pun bangga menciptakan gen unggul mereka
Bahkan mengambilkan segumpal tanah dari sorga
Untuk dihamparkan jadi negeri Nusantara bagi mereka
Kenapa kau biarkan mereka buta dan bodoh berkepanjangan
Mereka buang diri mereka sendiri
Mereka gantikan dengan kepribadian takhayul
Takhayul itu mereka ideologikan dan mereka agamakan
Agama imitasi, Agama tiruan, Agama-agamaan yang dibungkus plastik
Seolah-olah Agama yang diagama-agamakan
Agama takhayul itu mereka undang-undangkan
Menjadi bandul besi raksasa yang menyeret mereka ke dalam jurang
Berduyun-duyun tumpah ruah anak cucumu terjerambab
Bertumpuk-tumpuk bertindih-tindihan bertengkar berkepanjangan
Sampai terpecah-pecah menjadi berpuluh-puluh bagian
*) Dibacakan pada pementasan Musik Puisi "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" 3 April 2009, GKJ – Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar