OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

06 Juli 2009

POK DHAH NYUANG

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib



Maqamku Pok Dhah Nyuang

Gelarku Amirul Khulafa

Atasanku Jibril

Bawahanku para panglima

Di benua-benua vertikal dan horisontal

Aparatku Dewi Pesawahan

Bahureksa gunung dan gua-gua

Pengayom hewan dan Pawang hujan

Pasukan kavaleriku melintas-lintas

Di sela-sela benda dan galaksi

Prajurit infantriku tersembunyi

Di setiap bongkahan tanah bumi

Sandhiyudhaku penelusup angin

Bekerjasama dengan pasukan khusus Malaikat

Yang mengendarai cahaya

Bersemayam di bilik persembunyian kalbu manusia



Malam ini kupanggil Kakek Nenek induk bangsa Nusantara

Kutampar mukanya dan hampir kuludahi martabatnya

Merangkak kamu ke sini

Tundukkan kepala

Tundukkan dalam-dalam sampai ke gua rahasia

Atau simpan mukamu di kantung martabat

Kakek nenek moyang memalukan cucu-cucu

Cucu-cucu mencoreng muka kakek nenek moyang

Wajah kalian semua mempermalukan Tuhan

Kemelorotan peradaban kalian terjerembab

Hingga ke ufuk terendah

Kini Tuhan sedang melakukan perhitungan

Dan hasil kalkulasinya kalian tunggu sebentar lagi



Kenapa kau biarkan anak cucumu itu menyusut

Mengecil menjadi sekerdil-kerdilnya makhluk di bumi

Kenapa kau biarkan mereka kehabisan kepercayaan diri

Kehilangan pemahaman alamiah tentang anatomi nilai

Tidak percaya kepada rasa syukur dan ajaibnya rejeki

Sampai mereka jual kepala dengan harga pantat

Mereka ecerkan Tuhan dengan harga dukun

Mereka obral Nabi Rasul dengan tarif pengajian

Mereka loakkan fatwa ditukar dengan kedunguan politik

Mereka banting kartu As kemanusiaan dengan defisit balak-enam

Mereka kakilimakan berkah nasib dengan Ketik Reg

Anak cucumu hidup dalam kemiskinan amat absolut dan sangat mutlak

Ditutup-tutupi dengan kemegahan yang segera ambruk dalam sekejap



Sedangkan Sang Maha Pencipta Tuhan pepunden kita

Pun bangga menciptakan gen unggul mereka

Bahkan mengambilkan segumpal tanah dari sorga

Untuk dihamparkan jadi negeri Nusantara bagi mereka

Kenapa kau biarkan mereka buta dan bodoh berkepanjangan

Mereka buang diri mereka sendiri

Mereka gantikan dengan kepribadian takhayul

Takhayul itu mereka ideologikan dan mereka agamakan

Agama imitasi, Agama tiruan, Agama-agamaan yang dibungkus plastik

Seolah-olah Agama yang diagama-agamakan

Agama takhayul itu mereka undang-undangkan

Menjadi bandul besi raksasa yang menyeret mereka ke dalam jurang

Berduyun-duyun tumpah ruah anak cucumu terjerambab

Bertumpuk-tumpuk bertindih-tindihan bertengkar berkepanjangan

Sampai terpecah-pecah menjadi berpuluh-puluh bagian

*) Dibacakan pada pementasan Musik Puisi "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" 3 April 2009, GKJ – Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar