OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

17 Agustus 2011

Nada Sinis di Tengah Teriakan Merdeka

Di tengah gegap gempita peringatan hari kemerdekaan Repiblik Indonesia, masih saja kita dengar nada-nada sinis. Banyak orang bergembira, pekik merdeka terucap di bibir atau di dunia maya. Status facebook, timeline twiiter dan jejaring sosial lainnya penuh sesak oleh ekspresi kebahagiian atas ulang tahun negaranya. Akan tetapi ada beberapa orang yang ‘mempertanyakan’ kemerdekaan bangsa ini, seolah-olah mereka tidak bangga atas negaranya sendiri.

“Merdeka apanya? Negara ini masih kacau” begitu kata salah satu dari mereka yang sinis terhadap kemerdekaan ini. Sejujurnya, komentar-komentar seperti ini terkesan merusak suasana. Hingar bingar peringatan kemerdekaan sedikit diganggu oleh nada-nada negatif semacam itu.

Kurang apa bangsa ini sehingga masih saja kemerdekaan ini dipertanyakan? Apa yang salah dari bangsa ini sehingga rasa bangga terhadap kemerdekaan di-sinis-i? Bangsa yang punya banyak kehebatan semacam Indonesia ini, mengapa susah sekali menumbuhkan rasa bangga di hati mereka yang mengeluh itu? Ayolah, mari tengok dengan perasaan optimis sebentar saja, maka engkau akan temukan berjuta-juta alasan untuk mencintai negara ini.

Bangsa ini kaya raya buminya. Batu bara, tembaga, emas dan bahan tambang lainnya melimpah jumlahnya, tertanam di tanah Indonesia. Saking kayanya bangsa ini, maka kita santai saja sebagian isi perut bumi ini dikeruk oleh bangsa lain. Bangsa ini selain kaya juga punya jiwa dermawan. Jika sudah punya bangsa sehebat ini, lantas kenapa masih sinis?

Indonesia ini negara gemahripah loh jinawi. Kaya raya. Maka jika ada sebagian uang rakyat ini dicuri, dicolong oleh cecunguk-cecunguk yang menggerogoti uang hasil pajak rakyat maka tak perlu marah. itu hanya secuil dari gunung emas harta negara ini. Kalau pun ada satu dua orang maling ditangkap dan dijebloskan ke penjara, itu hanya sebagai hiburan bagi rakyat. Diheboh-hebohkan sedemikian rupa, menciptakan kesan bahwa bangsa ini serius memerangi pencuri uang rakyat, padahal diam-diam kita ini tidak risih pencuri-pencuri itu, karena merasa saking kayanya. Jika seperti ini, maka masihkan ada alasan untuk berkecil hati pada negara besar ini?

Rakyat Indonesia adalah rakyat yang baik hati, ramah dan rela berkorban apa saja demi negara. Tukang ojek peras keringat selama sehari penuh, sorenya uangnya diberikan dengan iklas kepada polisi yang menilangnya. Polisinya pun baik hati, denda tilangnya bisa didamaikan sesuai dengan isi dompet tukang ojeknya. Kalau sehari dapetnya 50.000, maka segitulah dendanya. Maka apa yang kurang dari bangsa ini? bangsa yang penuh dengan orang baik. sudah sepantasnya kita bangga, bukan sinis.

Indonesia bangsa yang dipenuhi oleh manusia-manusia yang kualitasnya luar biasa. Kita tak pernah kekurangan stok calon pemimpin. Pemilu 2009 telah usah, namun sejak tahun 2010 sudah kita dengar tokoh-tokoh yang mempersiapkan diri menjadi pemimpin 2014 kelak. Berjejer antri orang-orang dengan semangat untuk memimpin bangsa ini. Di mana ada seorang yang menghabiskan harta bendanya puluhan atau bahkan ratusan milyar agar bisa menjadi pejabat, selain di Indonesia?. Membagi-bagikan uang kepada rakyat saat mencalonkan diri jadi anggota legeslatif, ini bukti bahwa mereka rela mengorbankan apapun saja yang mereka miliki demi mengabdikan diri bagi negara, bagi rakyat. Jika sudah punya orang-orang hebat semacam ini, lantas apa yang membuat mereka mengeluh?

Jika menemukan ada pemimpin gagal yang kemudian mendorong istrinya atau anaknya melanjutkan kepemimpinannya diperiode berikutnya, mohon jangan dicemooh. Langkah itu merupakan bentuk pengabdian yang total. Keputusan itu adalah gambaran betapa kesatriannya beliau, tak ingin meninggalkan rakyatnya dalam keadaan gagal begitu saja, sehingga memerintahkan anak istrinya meneruskan perjuangannya. Nah, enakkan jadi rakyat Indonesia? Maka kenapa masih ada yang ngersulo?

Pemimpin kita juga cerdas-cerdas. Pengangguran dibiarkan sedemikan rupa, pemerintah bukan bermaksud tak memperhatinkan nasib pengangguran itu, namum sengaja memdidik mereka untuk kreatif dan mandiri akhirnya akan terbentuk rakyat yang tangguh. Mana ada negara yang punya pemimpin sehebat ini? Kurang apalagi sehingga tak membuat mereka yang sinis itu jadi bangga?

Undang-Undang Dasar negara ini menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun karena masyarakat miskin kita lapang hatinya, mereka tak ingin merepotkan negaranya maka mereka berjuang sendiri, meski terseok-seok mereka bertahan hidup. Tanpa rasa mengeluh yang dilandari rsa cinta pada negara, mereka terus melanjutkan hidup di tanah airnya. Maka berhentilah mengeluh pada bangsa hebat, punya rakyat yang hebat ini.

Kita punya daftar panjang tentang hebatnya bangsa ini. Kita punya ribuan atau bahkan jutaan alasan untuk berbangga diri punya Indonesia.

Mari cintai bangsa ini…. Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar