Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu
Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang,
dan ketika mereka tancapkan pisau ke dadaku,
mengucur darah dari mereka sendiri,
sehingga bersegera aku mengusapnya,
kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk,
kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah
batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,
kusumpal,
kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.
-1994-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
cak nun yang kami cintai,
BalasHapusseorang yang pernah ikut singgah di oude molstraat memberitahuku adanya blog ini. ybs menangkap segala kegusaran-mu, dan kini dia pun ikut gusar. aq menangkap ini semua dengan penuh 'keprihatinan', baca tanda kutip ini dengan pengertiannya yang khusuk.
kondisi kampung halaman yang memprihatinkan, kami tahu dan rasakan sekali.
namun, tentang kau, cak nun yang kami cintai; kami menangkap kau sedang berada dalam titik persimpangan tertentu: apa yang sedang terjadi sebetulnya? bagaimana kondisimu?
10 maret kemarin malam, waktu sini, kami sempat bertumpengan dengan beberapa teman lama dan baru. acara itu kami tutup dengan membaca puisi 10 maret yang kau tulis tahun silam.
adakah jembatan yang dapat dilintasi bersama lagi?
aq, yang dulu ikut prihatin ketika kau dikejar-kejar oleh gendruwo-bule; yang ternyata kini dah baikan.