OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

17 Agustus 2009

Koq Susah Banget Bersyukur menjadi Bagian dari Indonesia?

Saya heran, ada beberapa status Facebook temen yang menulis bernada kecewa, tidak puas, nelongso atau yang paling halus ‘mempertanyakan kemerdekaan’ kepada Indonesia. Ini hari memperingati Proklamasi Kemerdekaan Bangsa kita ini, rasanya kok kurang etis kalo masih nggremeng, ngersulo seperti itu.

Saya ingin mengajak teman-teman semua untuk berbangga hati bisa hidup di sebuah Bangsa yang sangat kaya raya, Emha pernah menyebut bangsa Indonesia itu penggalan surga. Surga seakan pernah bocor, dan mencipratkan kekayaanya di tanah Indonesia. Kita ini tidak pernah kekurangan apa-apa untuk menjadi sebuah bangsa.

Minyak bumi, ada. Batu bara, berlimpah. Emas, tinggal gali saja. Diperut bumi Indonesia tersimpan berjuta-juta anugerah. Lantas apa yang membuat kita sulit untuk meng-alhamdulillah-i bangsa ini?. Padi, jagung, kedelai, tebu, teh, kopi, kakao, cengkeh dan jutaan tanaman bermanfaat bisa tumbuh di tanah Indonesia. Terus, apa lagi yang membuat hati kita ini ngersulo?

Kita ini juga tidak perlu pusing-pusing mikirin Negara. Di Negara ini, puluhan bahkan ribuan tokoh-tokoh luar biasa yang siap mengurusi bangsa ini. Ada banyak yang menyiapkan diri jadi Presiden, ada 1000 orang lebih yang melamar jadi menteri. Kita? kita tinggal duduk-duduk saja, menikmati hidup.

Kalau saja, ada satu atau dua pejabat yang ‘nyleweng’ terus korupsi, itu bagi saya adalah ujian bagi rakyat. Seberapa jauh hati kita ini bisa menerima cobaan, hal itu adalah sebuah media untuk melatih kebesaran hati kita.

Kalau saja ada pemimpin yang kurang berhasil kemudian ingin memimpin lagi, jangan dicurigai. Gak usah kita cemo’oh. Ini lagi-lagi adalah ujian bagi kita (rakyat), kita diajarkan untuk berbaik sangka pada beliau, mungkin saja beliau itu termasuk manusia jiwa ksatria, dimana tidak akan lari dari tanggung jawab sebelum semuanya selesai/tuntas, beliau bukan tipe pemimpin yang tinggal gelanggang colong playu.

Kalau saja di negeri yang kaya raya ini masih banyak pengangguran, kita harus menyakini bahwa ini sebuah kesengajaan yang diciptakan untuk menggembleng rakyat untuk bersikap dewasa, kreatif dan mandiri.

Kalau saja masih banyak penggusuran, penindasan, kemiskinan dan ketidakadilan, itu semua adalah alat pemimpin kita untuk melihat seberapa sabar kita ini. Subhanallah, sungguh mulia para pemimpin-pemimpin kita yang mau dan rela membangunkan kita sebuah sarana untuk mendidik kesabaran. Di Negara lain belum ada pemimpin-pemimpin seperti ini.

Di tempat lain, rakyatnya pasti dimanja, dan akhirnya menjadi rakyat cengeng. Kita TIDAK..! kita disiapkan untuk menjadi pejuang-pejuang kehidupan. Dan ini terbukti, penderitaan kayak apapun, rakyat selalu bisa melewati. Awalnya saja sedikit berteriak, yang lain sedikit bersimpati, tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Lumpur di Sidoarjo hanya awalnya saja mereka menangis, terus saudara-saudara yang menyaksikan ikut bersimpati, tapi lama kelamaan mereka kuat, sabar serta saudara-saudara yang diluar Sidoarjo iklas. Lumpur yang sejatinya adalah musibah bisa dialihfungsikan menjadi tempat wisata. Apa bukan hebat namanya?

Sudah jelas-jelas seperti ini keadaannya, koq susah banget bersyukur menjadi bagian dari Indonesia?.

MERDEKA….!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar