Status saya adalah lak-laki, dan kelaki-lakian saya itu tidak dikarenakan di Kartu Tanda Penduduk saya tertulis demikian. Satatus saya memang karena Tuhan menurunkan takdirnya kepada saya sebagai lak-laki.
Saya ini pria. Biarpun lima milyar manusia di bumi ini mengatakan bahwa saya bukan pria, tidak akan membuat saya berubah jenis kelaminku. Kepriaan seseorang tidak dipengaruhi oleh apa pendapat orang, identitas itu aku sendiri yang menentukan, atas kehendak Tuhan tentunya.
Saya ini cowok tulen. Biarpun saya menggunakan pakaian perempuan, bukan berarti merubah ke-cowok-anku. Jiwa saya akan selalu jiwa cowok tak peduli pakaian apa yang ku kenakan. Jati diriku tak terpengaruh atas atribut-atribut yang menempel di badanku. Gaun apapun yang kau sematkan di badanku, rok model apapun yang kau pakaikan ke tubuhku, tidak kemudian merubah status cowokku. Ke-cowok-annku itu tak terbatas oleh hal-hal badaniyah.
Kelaki-lakian adalah sebuah bentuk status ruhiyah. Jiwa. Yang tak tersentuh oleh siapapun kecuali oleh dirinya dan Tuhan tentunya. Kelaki-lakianmu tidak akan runtuh atau bahkan tidak bergeser derajadnya sedikitpun hanya karena ada sebagian laki-laki yang kemudian berpakaian perempuan, berjalan layaknya wanita dan belagak seolah dirinya perempuan. Waria boleh jutaan atau milyaran jumlahnya, namun tidak sedikitpun mempengaruhi kelaki-lakian kita.
Apakah anda setuju?
Bayangkan saja, jika tiba-tiba anda (laki-laki) kena musibah (semoga saja tidak terjadi). Suatu saat ada kenyataan bahwa (maaf) kelamin anda terpotong, apakah tiba-tiba status jiwa anda juga berubah menjadi tidak laki-laki? Apakah hanya karena itu (jika anda muslim) kemudian anda menggunakan mukena saat sholat? Saya percaya itu tidak terjadi. Kelaki-lakian itu lebih tinggi derajadnya dibanding hanya seonggok daging saja.
Jiwa kelaki-lakian yang kuat tidak mudah bergeser oleh hal-hal diluar kesucian jiwa itu sendiri. Seorang yang mudah berubah dari satu status ke status lainnya lah yang boleh dikatakan jiwa lemah. Orang-orang jiwa lemah yang butuh eksistensi-eksistensi diluar jiwa hanya untuk membuat dirinya percaya diri bahwa dirinya adalah laki-laki.
Pria lemah bukannya yang berbadan kurus. Pria lemah adalah pria yang butuh orang lain mengatakan dirinya pria agar dia merasa yakin bahwa dirinya pria sejati.
Cowok tulen bukannya yang harus berada dilingkungan cowok-cowok keren. Cowok tulen itu yang tak perlu merasa ketakutan untuk bergaul dengan para waria, takut ketularan menjadi waria. Hanya cowok lemah yang mengusir waria dari lingkungannya, karena ketakutan dirinya “tertular” menjadi waria juga. Kegentaran dia berubah orientasi seksnya itulah yang menunjukkan betapa jiwanya rapuh.
Status itu ada pada diri anda. Orang luar tidak punya sedikitpun kemampuan untuk bisa merubah status anda sebagai laki-laki atau perempuan. Jika pihak diluar diri anda ternyata mampu menggeser keteguhan jiwa anda, berarti anda yang lemah. Tak usah mengusir mereka, perbaiki jiwa anda segera. Jika jiwa anda memang sudah lemah, anda usir satu hal hari ini akan muncul hal-hal lain yang berpotensi mengganggu jiwa anda, karena pada dasarnya titik lemahnya ada pada anda sendiri.
Energi anda akan habis sia-sia hanya untuk mengusir mereka. Coba bayangkan berapa banyak waktu terbuang jika hanya ingin mengkampanyekan kelaki-lakian anda kepada lima milyar manusia dibumi ini? silahkan hitung sendiri, berapa biaya yang harus anda keluarkan untuk mengusir dan membumihanguskan para waria yang anda anggap melecehkan kelaki-lakian anda?
Habiskan waktu untuk perbaiki jiwa, belanjakan semua hartamu untuk membangun kekuatan jiwamu. Anda laki-laki, bukan karena orang lain mengatakan anda laki-laki. Anda laki-laki, karena memang anda adalah laki-laki.
—–
Teringat sebuah wejangan dari seorang guru :
Apakah harus orang lain mengakui imanmu, keyakinanmu, agamamu baru kau yakin akan imanmu, keyakinanmu, agamamu?
Apakah harus merendahkan keyakinan orang lain untuk meninggikan keyakinanmu?
Apakah harus membunuh iman orang lain untuk menghidupkan imanmu?
Apakah harus merobohkan agama orang lain untuk menegakkan agamamu?
Sebegitu lemahnya kah kepercayaan dirimu pada keyakinan, iman dan agamamu?
[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar