OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

14 Mei 2010

Masih Banyak Sri Mulyani Lain


Seperti yang sudah kita dengar minggu lalu, Sri Mulyani Indrawati ditunjuk menjadi Managing Director atau Direktur Operasional Bank Dunia mulai 1 Juni 2010 menggantikan pejabat lama yang akan habis masa jabatannya pada 30 Mei 2010, Juan Jose Daboub. Akan tetapi, gonjang-ganjing tentang hengkangnya Sri Mulyani ke Bank Dunia ternyata masih terasa. Minimal, hari ini masih ada beberapa sahabat saya yang membahasnya. Obrolan-obrolan tentang Menteri Keuangan ini masih sering saya dengar.

Hampir semuanya menceritakan tentang keberhasilan, kehebatan dan keluar-biasaan perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini. Deretan cerita sukses Bu Sri dijabarkan sedemikan rupa sehingga terkesan tidak ada rasa bosan diantara mendengar argumen-argumen yang sebenarnya hampir sama esensinya.

Seakan mereka ini tidak pernah menghiraukan banyaknya artikel-artikel serta berita-berita miring tentang Sri Mulyani atau juga tentang betapa brengseknya Bank Dunia. Mungkin mereka tidak pernah baca kompasiana, kalau saja mereka sesekali saja singgah di kompasiana maka mereka akan membaca beberapa opini dari beberapa kompasianer tentang kekejaman neoliberal yang diusung oleh Bank Dunia.

Sahabat-sahabat saya itu menyesalkan keadaan, kenapa orang yang cerdas dan pintar seperti Sri Mulyani itu harus “dibuang” ke luar negeri, padahal di negara sendiri beliau masih sangat dibutuhkan. Kepergian Sri Mulyani Indarwati ini menambah daftar panjang orang-orang cerdas Indonesia yang terpaksa “diekspor” keluar negeri karena tidak dihargai di dalam negeri. Sahabat saya mengatakan bahwa Indonesia ini gemar melepaskan aset-aset berharga yang langka.

Benarkah itu? Sri Mulyani itu orang cerdas, aset berharga negara ini, pernyataan itu mungkin saja bukan pernyataan yang salah. Namun, saya teramat yakin dari ratusan juta penduduk bangsa ini, banyak yang seperti Sri Mulyani. Jadi, jika dibilang bahwa Indonesia kehilangat aset yang tiada duanya, maka itu merupakan sikap yang terlalu membesar-besarkan masalah, hiperbola.

Bangsa ini sumbernya orang-orang cerdas, Indonesia ini seperti ladang subur yang bisa memunculkan ribuan atau bahkan jutaan orang pintar. Kalau hanya untuk jadi seorang Menteri Keuangan, ngurusi keuangan negara ini banyak calon yang bisa kita dorong.

Sri Mulyani itu tidak ada apa-apanya bila dibanding dengan daftar orang-orang pintar di negeri ini. Kalau hanya mencari ekonom handal dan mampu mengangkat perekonomian Indonesia, itu soal mudah.

Apakah anda masih belum percaya jika banyak orang yang sekelas atau bahkan lebih baik dari Sri Mulyani? Kalau anda masih ragu akan hal itu, coba tanya sama Bang Ical.

2 komentar:

  1. Perempuan itu merdeka ('sang merah-putih' tetap berkibar setimbang dengan malu dan gemulai dia), karena dia bisa menerima segala sesuatu apa adanya (hakiki). Dan, perempuan mulai terjajah (di penjara kebohongan dia sendiri) bila mulai menolak suatu perkara yang ia sebenarnya mampu mengelola sekalipun dalam keterpaksaan akibat ketidak-mengertian diri.

    Perempuan itu telah dimerdekakan, lalu dia mulai mengerti, mengapa dia dihadirkan.

    {DayFor]

    BalasHapus
  2. kalo daku yang jadi Sri Mulyani.... hmm kayaknya bakalan Hengkang juga ke luar negri deh drpd Makan Hati di negri sendiri.

    BalasHapus