OTAK, instrument pikir akan menghasilkan output untung - rugi, mungkin - mustahil dan benar - salah (berdasarkan ukuran-ukuran yang diciptakan manusia sendiri). Sedang HATI, instrument rasa akan menghasilkan output manfaat - mudlarat, pantas - wagu dan etis - tidak etis (bersarkan inspirasi yang diperoleh dari Sang Pencipta). Otak dan hati adalah dua perangkat yang berbeda. Ketika kita menyiapkan waktu dan ruang di hati untuk menyongsong datangnya inspirasi maka tinggalkan otak, berhentilah berpikir agar inspirasi lebih cepat masuk ke dalam relung hati.

(Pujo Priyono)

===================================================

22 Agustus 2011

SBY, Presiden yang Cinta Rakyatnya

Sepertinya kemelut kasus Nazaruddin ini tidak akan usai dalam waktu dekat. Gonjang ganjing soal kasus yang melibatkan para petinggi partai Demokrat ini terus bergulir. Episode demi episode drama Nazaruddin mengisi pemberitaan televisi dan media cetak.

Salah satu hal yang lumayan menarik perhatian adalah ketika Nazaruddin menulis surat kepada Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Dia meminta perlindungan dari Presiden, dia berharap agar keluarganya dilindungi. Berikut isi lengkap surat tersangka kasus pencurian uang negara itu:

Jakarta, 18 Agustus 2011
Kepada Yth
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden RI di tempat

Bapak Presiden yang saya hormati, Saya mohon kepada Bapak agar segera memberikan hukuman penjara kepada saya tanpa perlu lagi mengikuti proses persidangan untuk membela hak-hak saya.

Bagi saya, saya rela dihukum penjara bertahun-tahun asalkan Bapak dapat berjanji Bapak akan memberikan ketenangan lahir dan batin bagi keluarga saya, khususnya bagi istri dan anak-anak saya.

Perlu saya jelaskan bahwa istri saya adalah benar-benar seorang ibu rumah tangga yang sama sekali tidak mengetahui apa pun yang berhubungan dengan kepartaian.

Saya juga berjanji, saya tidak akan menceritakan apa pun yang dapat merusak citra Partai Demokrat serta KPK demi kelangsungan bangsa ini.

Demikian surat ini, mohon bantuan dan perhatian Bapak Presiden.

Hormat saya,
Muhammad Nazaruddin.

Beberapa saat setelah surat itu diketahui oleh publik, sudah banyak komentar hadir. Salah satu dari politikus asal partai Demokrat, Ramadan Pohan.

"Dari awal Demokrat sudah tegaskan hukum ditegakkan konsisten. Kita juga ingin tahu apa yang sesungguhnya tengah terjadi. Hukum harus berjalan netral, obyektif, dan akuntabel. Kalau ada yang mau pasang badan, itu saya rasa salah alamat disampaikan kepada Pak SBY. Pak SBY tak pernah intervensi. Yang salah ya harus tanggung akibatnya, yang salah jangan disalah-salahkan. Serahkan saja kepada aparat penegak hukum," kata beliau.

Anehnya, meskipun dianggap salah alamat ternyata hari ini ada kabar bahwa Presiden Republik Indonesia membalas surat dari Nazaruddin. Kepala Negara kita ternyata merespon surat dari tersangka maling uang rakyat itu. Kesimpulan sederhananya adalah apa yang dianggap oleh Ramadan Pohan itu tidak tepat, ternyata surat Nazaruddin itu tidak salah alamat, suratnya sampai ke tangan Presiden. Alamatnya bener.

Terlepas dari masalah salah alamat itu, ada sesuatu yang sangat menarik perhatian bahwa Presiden ternyata sangat perhatian terhadap rakyatnya. Selama ini SBY dianggap sering dianggap sebagai Kepala Negara yang kurang responsif untuk urusan warga negaranya, namun surat kepada Nazaruddin ini merupakan bukti nyata bahwa rakyat diperhatikan.

Hanya dalam hitungan beberapa hari saja Nazaruddin sudah mendapat surat balasan. Cepat bukan? Jadi siapapun yang selama ini menuduh bahwa Presiden kita lambat, maka gugur lah tuduhan itu. SBY adalah Presiden yang cinta pada rakyatnya.

Kita patut bersyukur punya Kepala Negara yang memiliki akselerasi luar biasa cepat dalam menanggapi permasalahan warga negeranya. Sayangnya SBY hanya dibatasi cuma dua periode, kalau tidak pastilah beliau akan terpilih kembali.

Surat balasan kepada Nazaruddin dari Presiden ini membangkitkan optimisme saya terhadap bangsa ini. Jika Presiden begitu cepat dalam merespon surat Nazaruddin, maka saya teramat percaya jika SBY juga akan membalas surat korban lumpur Lapindo, akan merespon surat dari para korban HAM dan surat-surat dari warga negara lainnya.

Saya teramat percaya bahwa Presiden ini adalah Pemimpin bangsa Indonesia, bukan hanya pemimpin Partai Demokrat. Itu sebabnya saya percaya bahwa respon cepat Presiden terhadap kasus Nazaruddin ini karena statusnya sebagai warga negara, bukan sebagai seorang mantan bendahara partai demokrat yang tersandung kasus korupsi. Respon Presiden ini bukan karena partai Demokrat sedang dalam posisi tersudut dalam perkara Nazaruddin, akan tetapi karena sangat perhatian terhadap seluruh warga negaranya.

Mari kita tunggu surat-surat balasan Presiden yang lainnya. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar