Keliru kemarin adalah pelajaran
Mengeja titik hitam
A b c, alif ba ta, alfa beta sejarah kebingungan hati
Kemudian menyimpulkan tali keteguhan dibatang tekad
Salah hari lalu adalah perjalanan
Lika liku laku
Lari, merangkak, merayap di tepi kebimbangan iman
Kemudian lunglai dalam pasrah
Khilaf pada masa lalu adalah pencarian
Mengorek setiap helai udara
Mengintai, curiga, berjudi pada setiap peristiwa
Lalu yang ditemui di ruang gelap adalah penyesalan
Masa lalu jadilah sejarah
Masa depan masilah misteri
Hari ini tak lebih dari manipulasi harapan
Hari ini hanya sebuah cerita yang dikarang oleh perasaan
Mendekatakan kenyataan mendekati rencana
Kemudian propaganda perasaan menghasut keyakinan
Dan keluarlah kebimbangan bersama asap lamunan disudut kamar
28 Januari 2009
25 Januari 2009
Roda Kebosanan
Dalam kejenuhan aku menghisap peluh
Sejujur kancil aku mencoba menghasut hidup
Serupa buaya aku bercermin di dermaga kalut
Sebentar lagi aku dilindas roda kebosanan
Jenuh aku menjalani petualangan semu ini
Sebentar ke kiri, tak lama ke kanan
Hanya demi materi aku pertaruhkan diri
Kejujuran yang terbawa terkesan sebagai dagelan semata
Hidup di dunia bejat, kebenaran bak tusuk gigi berbakteri
Diperlukan namun meninggalkan teror menakutkan
Dalam kalut, dalam bingung bertindak tanpa asap kabut
Sesuci apapun aku bicarakan tentang aku
Cermin dunia dari warganya tak pernah memantulkan putih
Sebentar lagi aku akan terlindas roda kebosanan
Sejujur kancil aku mencoba menghasut hidup
Serupa buaya aku bercermin di dermaga kalut
Sebentar lagi aku dilindas roda kebosanan
Jenuh aku menjalani petualangan semu ini
Sebentar ke kiri, tak lama ke kanan
Hanya demi materi aku pertaruhkan diri
Kejujuran yang terbawa terkesan sebagai dagelan semata
Hidup di dunia bejat, kebenaran bak tusuk gigi berbakteri
Diperlukan namun meninggalkan teror menakutkan
Dalam kalut, dalam bingung bertindak tanpa asap kabut
Sesuci apapun aku bicarakan tentang aku
Cermin dunia dari warganya tak pernah memantulkan putih
Sebentar lagi aku akan terlindas roda kebosanan
Lupa Sesaat
Berbaur dengan keringat
Menyebur kelautan ria maya
Hentakan disambut ribuan dentuman
Kemudian ada tawa layu mata sayu
Sempoyongan kaki menahan kesadaran yang telah tergadai
Hentakan disusul ribuan dentuman
Pekak telinga, namun jiwa terbang kemana
Sempoyongan hati menahan penat kehidupan entah kemana
Jeritan itu lenyap dalam sekejap
Lengkingan nada menusuk-nusuk senyap
Pintu tertutup, keluar aku dari ruang lupa
Sejengkal aku telah berada di garis pembatas fatamorgana
Sebagian getar mencoba membawaku masuk kembali
Sebagian lagi menahan aku di buana nyata
Aku cuma mendengar samar suara
Aku di perbatasan kebingungan jiwa
Sejenak dalam kaparan malam
Seorang menemani aku menghisap kepenatan
Menyebur kelautan ria maya
Hentakan disambut ribuan dentuman
Kemudian ada tawa layu mata sayu
Sempoyongan kaki menahan kesadaran yang telah tergadai
Hentakan disusul ribuan dentuman
Pekak telinga, namun jiwa terbang kemana
Sempoyongan hati menahan penat kehidupan entah kemana
Jeritan itu lenyap dalam sekejap
Lengkingan nada menusuk-nusuk senyap
Pintu tertutup, keluar aku dari ruang lupa
Sejengkal aku telah berada di garis pembatas fatamorgana
Sebagian getar mencoba membawaku masuk kembali
Sebagian lagi menahan aku di buana nyata
Aku cuma mendengar samar suara
Aku di perbatasan kebingungan jiwa
Sejenak dalam kaparan malam
Seorang menemani aku menghisap kepenatan
23 Januari 2009
Maaf Mak...
Setegar tebing pendirianmu
Tak daya aku ketika ingin mengusir cela-celamu
Ku ingin bawakan cahaya
Nyatanya, silaunya menderitakanmu
Aku tak tega...
Serenyah emping emosimu
Butuh sejuta kelembutan untuk menyentuh
Sedikit keras kubasuh
Jiwamu retak, hasratmu terbakar berontak
Aku terkapar bersalah
Rasa sayang ini membuatku melemah
Diracuni iba untuk menyeretmu dari jurang penuh belulang
Rasa sayang ini membuatku marah
Dibakar api ketikdaksabaran melihat salah didepan mata
Aku hanya gudhel yang tak mengkin menyusui kebo
Namun aku juga anak yang lahir dari keterpurukan nasib yang ingin mengukir indah di dinding rahim ibunya
Sungkemku atas segala lancang
Sehitam apapaun engkau, nafas pertamaku terhembus dari rasa sakitmu
Aku masih dalam kutukan kebingunan
Aku masih dalam belaian keraguan
Aku masih dalam kubur ketidakberdayaan
Tak daya aku ketika ingin mengusir cela-celamu
Ku ingin bawakan cahaya
Nyatanya, silaunya menderitakanmu
Aku tak tega...
Serenyah emping emosimu
Butuh sejuta kelembutan untuk menyentuh
Sedikit keras kubasuh
Jiwamu retak, hasratmu terbakar berontak
Aku terkapar bersalah
Rasa sayang ini membuatku melemah
Diracuni iba untuk menyeretmu dari jurang penuh belulang
Rasa sayang ini membuatku marah
Dibakar api ketikdaksabaran melihat salah didepan mata
Aku hanya gudhel yang tak mengkin menyusui kebo
Namun aku juga anak yang lahir dari keterpurukan nasib yang ingin mengukir indah di dinding rahim ibunya
Sungkemku atas segala lancang
Sehitam apapaun engkau, nafas pertamaku terhembus dari rasa sakitmu
Aku masih dalam kutukan kebingunan
Aku masih dalam belaian keraguan
Aku masih dalam kubur ketidakberdayaan
22 Januari 2009
Satu Senti dari Putus Asa
Tidak kah keringat ini sudah bercucuran?
Tiap detik ada dengusan kelelahan
Berlari mengejar hasrat
Memanjat cita-cita yang melejit
Bukan kah segalanya sudah dipertaruhkan?
Membayar segala harapan hingga harga terakhir
Tanpa ada tawar menawar
Semua dibeli, segalanya lunas terbayar
Mungkinkah waktu yang terjatah ini masih kurang?
Tiap malam berkencan dengan kecemasan
Ritual berburu nafsu
Do'a terucap tentang masa depan
Masih kah ada kata tentang retorika yang belum terucap?
Semua kamus kehidupan terlahap habis
Segala kosa membeku di dada
Puisi kehidupan terangkai oleh kata-kata membusuk
Membunuh waktu dengan belati semangat
Mengebiri hasrat pada tanda-tanda kiamat
Memperkosa kegagalan ditengah ladang ketakutan
Merampok takdir dari tangan kegelapan
Hanya ada aku dan sisa-sisa impian tentang bahagia
Tiap detik ada dengusan kelelahan
Berlari mengejar hasrat
Memanjat cita-cita yang melejit
Bukan kah segalanya sudah dipertaruhkan?
Membayar segala harapan hingga harga terakhir
Tanpa ada tawar menawar
Semua dibeli, segalanya lunas terbayar
Mungkinkah waktu yang terjatah ini masih kurang?
Tiap malam berkencan dengan kecemasan
Ritual berburu nafsu
Do'a terucap tentang masa depan
Masih kah ada kata tentang retorika yang belum terucap?
Semua kamus kehidupan terlahap habis
Segala kosa membeku di dada
Puisi kehidupan terangkai oleh kata-kata membusuk
Membunuh waktu dengan belati semangat
Mengebiri hasrat pada tanda-tanda kiamat
Memperkosa kegagalan ditengah ladang ketakutan
Merampok takdir dari tangan kegelapan
Hanya ada aku dan sisa-sisa impian tentang bahagia
20 Januari 2009
Detak Jantung Takdirku (Jodohku)
Dag... Dig... Dug...
Kepala ini seakan meledug
Teror perasaan ini melemaskan kaki kesabaran
Jangan tidur malam ini sayangku
Tetaplah tersadar di ruang sepi bersamaku
Bertahanlah dengan isak yang semakin menyesak
Dag... Dig... Dug...
Detik umur ini semakin remuk
Serpihan rasa khwatir melukai langkah
Tetaplah terbangun, jangan terlelap
Menunggulah, aku dalam penelusuran jejak-jejak menujumu
Tetaplah engkau disana jodohku
Jangan sekali-sekali melepaskan cahaya harap
Kita akan saling menemukan satu sama lain
Di suatu waktu yang masih tersembunyi
Terselip di tumpukan-tumpukan asa
Berusahalah melentikan jarimu, mencobalah mencipta irama
Seperti yang aku lakukan saat ini, merangkai nada-nada dari suara langkah
Dari detak jantungku
Dari detak jantung tadirku
Dag... Dig... Dug...
Dimana langkahku saat ini...?
Kepala ini seakan meledug
Teror perasaan ini melemaskan kaki kesabaran
Jangan tidur malam ini sayangku
Tetaplah tersadar di ruang sepi bersamaku
Bertahanlah dengan isak yang semakin menyesak
Dag... Dig... Dug...
Detik umur ini semakin remuk
Serpihan rasa khwatir melukai langkah
Tetaplah terbangun, jangan terlelap
Menunggulah, aku dalam penelusuran jejak-jejak menujumu
Tetaplah engkau disana jodohku
Jangan sekali-sekali melepaskan cahaya harap
Kita akan saling menemukan satu sama lain
Di suatu waktu yang masih tersembunyi
Terselip di tumpukan-tumpukan asa
Berusahalah melentikan jarimu, mencobalah mencipta irama
Seperti yang aku lakukan saat ini, merangkai nada-nada dari suara langkah
Dari detak jantungku
Dari detak jantung tadirku
Dag... Dig... Dug...
Dimana langkahku saat ini...?
19 Januari 2009
Ingatanku Berserakan
Duduk diujung ranjang mengisap kejenuhan
Kemudian menghembuskannya
Sedetik kemudian udara menyesakkan nafas pikirku
Aku mencoba mengemasi ingatanku yang berserakan
Bertebaran dilantai dasar pikir yang telah berdebu, telah membeku
Aku tak menemukan apapun
Aku tak bergairah sedikitpun
Aku tak mau menangis
Aku takut cepat mati
Aku gemetaran di sudut waktu
Aku selangkah lagi menuju jatuh
Aku mencoba mengemasi ingatanku yang berserakan
Sekali lagi
Yah... Aku mendapatkannya...
Setitik, dalam sepersekian detik
Aku mendapatkan sebuah senyum damai
Terselip di bawah kotak biru
Sherly Andreana Robert
Kemudian menghembuskannya
Sedetik kemudian udara menyesakkan nafas pikirku
Aku mencoba mengemasi ingatanku yang berserakan
Bertebaran dilantai dasar pikir yang telah berdebu, telah membeku
Aku tak menemukan apapun
Aku tak bergairah sedikitpun
Aku tak mau menangis
Aku takut cepat mati
Aku gemetaran di sudut waktu
Aku selangkah lagi menuju jatuh
Aku mencoba mengemasi ingatanku yang berserakan
Sekali lagi
Yah... Aku mendapatkannya...
Setitik, dalam sepersekian detik
Aku mendapatkan sebuah senyum damai
Terselip di bawah kotak biru
Sherly Andreana Robert
16 Januari 2009
Pisau Bernama
Cakrawala mana yang menjadi tujuan
Kita bingung menentukan langkah
Bahkan diri ini tak tau caranya melangkah
Mencintai perempuan yang salah
Hanya akan membuat diri ini mabuk dalam kesendirian
Adalah kesadaran atas takdir
Adalah kesetaraan dan raelitas
Disanalah ada kenyataan
Adam adalah Hawa
Cinta hanya sebilah belati bernama
Pisau bedah hanya untuk membedah
Pisau cukur khusus untuk mencukur
Semua ada aturan
Semua dalam keteraturan takdir
Kita bingung menentukan langkah
Bahkan diri ini tak tau caranya melangkah
Mencintai perempuan yang salah
Hanya akan membuat diri ini mabuk dalam kesendirian
Adalah kesadaran atas takdir
Adalah kesetaraan dan raelitas
Disanalah ada kenyataan
Adam adalah Hawa
Cinta hanya sebilah belati bernama
Pisau bedah hanya untuk membedah
Pisau cukur khusus untuk mencukur
Semua ada aturan
Semua dalam keteraturan takdir
10 Januari 2009
BIAR DUNIA INI CEPAT KIAMAT…!!!!
“Apa pendapatmu tentang Palestina?” tanya Noe
“Maksudnya…??” Bed berbalik tanya.
“Kondisi saat ini…. mereka digempur Israel habis-habisan”
“Habis-habisan? tapi belum habis betul kan…??”
“Serius nih… sebenarnya solusi terbaiknya itu apa?”
“Serius…. sejak kapan kamu jadi serius… kebanyakan baca tulisan-tulisan di blogger kamu ini” kata Bed yang sengaja tidak langsung menuju topic pembicaraan.
“begini lho….” Bed meneruskan pembicaraanya. “Kita, Bangsa ini ato sekalian dunia ini hanya akan bisa berteriak, mengucapkan kata-kata simpati, memaki, mengutuk, membakar bendera Israel dan Amerika… hanya sebatas iyu… namun sebenarnya kita-kita ini pengecut….!!!”
“Pengecut gimana?? banyak kok yang sudah mendaftar menjadi relawan untuk berperang di GAZA…” tanya Noe lagi.
“Berapa banyak? Berapa ribu?. bandingkan jumlahnya dengan penduduk bangsa ini yang jumlahnya ratusan juta…” sanggah Bed. “Yang lainnya gimana? apa yang lainnya siap menerima akibat dari tindakan melawan Israel dan Amerika”
“Tapi saya kira semua orang tidak setuju dengan tindakan Israel itu… buktinya, banyak demonstrasi, hanpir seluruh kota di Negara ini ada demonstrasi menentang Tindakan Israel…” kini Noe yang mencoba mendebat
“itulah yang aku maksud tadi, semua itu hanya akan sebatas teriakan, kata-kata simpati, tangisan…. namun, mereka-mereka yang berteriak belum tentu seberani teriakannya itu… PENGECUT semuanya…”
“trus…?” Noe sepertinya belum paham.
“Aku ambil contoh… krisis global yang sedang terjadi sekrang ini, membuat perusahaan-perusahaan asing kelabakan, kemudian banyak terjadi PHK… terakhir aku dengar, PT. Freeport Indonesia akan melakukan PHK besar-besaran. apa yang terjadi? keresahan ada dimana-mana… banyak yang ketakutan kehilangan pekerjaan. contoh lain, karena krisis global banyak perusahaan goyang, daripada melakukan PHK besar-besaran pemerintah membuat aturan bahwa UMR tidak lagi ditentukan oleh pemerintah, melainkan oleh perusahaan itu sendiri dan serikat buruh. apa yang terjadi? demo buruh dimana-mana, mereka takut upahnya berkurang dan menjadi miskin….”
“hubungannya dengan Palestina?” tanya Noe lagi
“Andai kata pemerintah kita berani menentang Israel dan Amerika. Embargo bisa saja terjadi, belum ada embago aja kita sudah kelabakan, takut miskin. sekarang tanya para demonstran itu, apakah mereka berani hidup tertekan selama bertahun-tahun, atao mungkin juga selama hidupnya….”
“Kan tidak harus dengan ikut perang… dengan membantu diplomasi mungkin… itu kan tidak terkesan bahwa Negara ini menentang Israel” sanggah Noe lagi.
“Hehehe…” Bed tersenyum sinis. “Mereka sudah berperang sejak kita belum lahir, negosiasi telah dilakukan banyak kali, mungkin jumlahnya lebih banyak dibanding jumlah bulu hidungmu itu…”
“jadi…?”
“jadi bagamana maksudmu….? biarkan saja, semakin besar pertempuran semakin bagus… BIAR DUNIA INI CEPAT KIAMAT…!!!!”
“Maksudnya…??” Bed berbalik tanya.
“Kondisi saat ini…. mereka digempur Israel habis-habisan”
“Habis-habisan? tapi belum habis betul kan…??”
“Serius nih… sebenarnya solusi terbaiknya itu apa?”
“Serius…. sejak kapan kamu jadi serius… kebanyakan baca tulisan-tulisan di blogger kamu ini” kata Bed yang sengaja tidak langsung menuju topic pembicaraan.
“begini lho….” Bed meneruskan pembicaraanya. “Kita, Bangsa ini ato sekalian dunia ini hanya akan bisa berteriak, mengucapkan kata-kata simpati, memaki, mengutuk, membakar bendera Israel dan Amerika… hanya sebatas iyu… namun sebenarnya kita-kita ini pengecut….!!!”
“Pengecut gimana?? banyak kok yang sudah mendaftar menjadi relawan untuk berperang di GAZA…” tanya Noe lagi.
“Berapa banyak? Berapa ribu?. bandingkan jumlahnya dengan penduduk bangsa ini yang jumlahnya ratusan juta…” sanggah Bed. “Yang lainnya gimana? apa yang lainnya siap menerima akibat dari tindakan melawan Israel dan Amerika”
“Tapi saya kira semua orang tidak setuju dengan tindakan Israel itu… buktinya, banyak demonstrasi, hanpir seluruh kota di Negara ini ada demonstrasi menentang Tindakan Israel…” kini Noe yang mencoba mendebat
“itulah yang aku maksud tadi, semua itu hanya akan sebatas teriakan, kata-kata simpati, tangisan…. namun, mereka-mereka yang berteriak belum tentu seberani teriakannya itu… PENGECUT semuanya…”
“trus…?” Noe sepertinya belum paham.
“Aku ambil contoh… krisis global yang sedang terjadi sekrang ini, membuat perusahaan-perusahaan asing kelabakan, kemudian banyak terjadi PHK… terakhir aku dengar, PT. Freeport Indonesia akan melakukan PHK besar-besaran. apa yang terjadi? keresahan ada dimana-mana… banyak yang ketakutan kehilangan pekerjaan. contoh lain, karena krisis global banyak perusahaan goyang, daripada melakukan PHK besar-besaran pemerintah membuat aturan bahwa UMR tidak lagi ditentukan oleh pemerintah, melainkan oleh perusahaan itu sendiri dan serikat buruh. apa yang terjadi? demo buruh dimana-mana, mereka takut upahnya berkurang dan menjadi miskin….”
“hubungannya dengan Palestina?” tanya Noe lagi
“Andai kata pemerintah kita berani menentang Israel dan Amerika. Embargo bisa saja terjadi, belum ada embago aja kita sudah kelabakan, takut miskin. sekarang tanya para demonstran itu, apakah mereka berani hidup tertekan selama bertahun-tahun, atao mungkin juga selama hidupnya….”
“Kan tidak harus dengan ikut perang… dengan membantu diplomasi mungkin… itu kan tidak terkesan bahwa Negara ini menentang Israel” sanggah Noe lagi.
“Hehehe…” Bed tersenyum sinis. “Mereka sudah berperang sejak kita belum lahir, negosiasi telah dilakukan banyak kali, mungkin jumlahnya lebih banyak dibanding jumlah bulu hidungmu itu…”
“jadi…?”
“jadi bagamana maksudmu….? biarkan saja, semakin besar pertempuran semakin bagus… BIAR DUNIA INI CEPAT KIAMAT…!!!!”
Hanya Sebatas Itu
asap mengepul
tangis terilis dari duka karna darah
Teriakan… pekikan…
bersama ribuan yang lainnya besuara padu
bersama jutaan yang lainnya mengungkap pilu
simpati…
ya, hanya sebatas itu…
suara ribuan manuasia itu seakan tak terdengar
seakan suara dengan bahasa yang tak dimengerti artinya
api… menyala…
bendera putih dengan motif biru itu lebur didalam api kemarahan
dinjak, diludahi, kemudian api-api itu membakar amarah
kutukan…
ya, hanya sebatas itu
api itu tak sedikitpun melukai mereka yang dibenci
panas itu tak sedikitpun menciutkan nyali sang biadab
oh… Tuhan….
banyak yang menemukan-MU dalam peristiwa ini
namun tak sedikit juga yang kehilangan-MU
sederet jiwa tersentuh, menangis melihat saudaranya terkapar untuk perjuangkan kenyakinan
namun, sederet jiwa yang lainnya mempertanyakan keadilan-MU, dalam kebiadaban ini Engkau dianggap acuh
oh… Dunia…
Bumi ini telah dikuasai malapetaka
sementara jutaan, bahkan milyaran manusia menjadi pengecut
dan segelintir manusia lainnya menyulap dirinya menjadi Tuhan yang tak tersentuh
tangis terilis dari duka karna darah
Teriakan… pekikan…
bersama ribuan yang lainnya besuara padu
bersama jutaan yang lainnya mengungkap pilu
simpati…
ya, hanya sebatas itu…
suara ribuan manuasia itu seakan tak terdengar
seakan suara dengan bahasa yang tak dimengerti artinya
api… menyala…
bendera putih dengan motif biru itu lebur didalam api kemarahan
dinjak, diludahi, kemudian api-api itu membakar amarah
kutukan…
ya, hanya sebatas itu
api itu tak sedikitpun melukai mereka yang dibenci
panas itu tak sedikitpun menciutkan nyali sang biadab
oh… Tuhan….
banyak yang menemukan-MU dalam peristiwa ini
namun tak sedikit juga yang kehilangan-MU
sederet jiwa tersentuh, menangis melihat saudaranya terkapar untuk perjuangkan kenyakinan
namun, sederet jiwa yang lainnya mempertanyakan keadilan-MU, dalam kebiadaban ini Engkau dianggap acuh
oh… Dunia…
Bumi ini telah dikuasai malapetaka
sementara jutaan, bahkan milyaran manusia menjadi pengecut
dan segelintir manusia lainnya menyulap dirinya menjadi Tuhan yang tak tersentuh
04 Januari 2009
Kalau yang Engkau Inginkan
kalau yang engkau inginkan hanya rupa bahagia
bukannya menyelami peristiwa,
menikmati tangga nada dan proses,
maka bersiaplah menerima senyum hampa,
tawa-tawa palsu dari kekosongan yang berdebu
kalau yang engkau tuju hanya kata cinta
bukannya menahan diri dari ego,
menerima segala hitam-hitam jiwa sesama
maka tak lama lagi engkau akan berpeluk dengan romantisme rendahan,
bercinta dengan nafsu-nafsu tanpa nafas
jika yang ada dibenakmu hanya harta tak terukur
bukannya mencoba untuk selalu bersyukur,
memahami arti jumlah yang tidak berdasar dari matematika
maka siapkan jiwamu terkubur dengan berjuta-juta hasratmu sendiri,
kemudian engkau tak mampu membeli sehela nafas sekalipun
jika yang engkau impikan hanya kejayaan
bukannya menghitung jumlah pundit-pundi menuju puncak kejayaan,
atau melupakan keberadaan lantai yang engku jadikan penopang
maka tak lama lagi kakimu akan terjerembab ke dalam lubang neraka,
dan engkau akan merasakan betapa sakitnya punggung hidupnmu terinjak petaka
bukannya menyelami peristiwa,
menikmati tangga nada dan proses,
maka bersiaplah menerima senyum hampa,
tawa-tawa palsu dari kekosongan yang berdebu
kalau yang engkau tuju hanya kata cinta
bukannya menahan diri dari ego,
menerima segala hitam-hitam jiwa sesama
maka tak lama lagi engkau akan berpeluk dengan romantisme rendahan,
bercinta dengan nafsu-nafsu tanpa nafas
jika yang ada dibenakmu hanya harta tak terukur
bukannya mencoba untuk selalu bersyukur,
memahami arti jumlah yang tidak berdasar dari matematika
maka siapkan jiwamu terkubur dengan berjuta-juta hasratmu sendiri,
kemudian engkau tak mampu membeli sehela nafas sekalipun
jika yang engkau impikan hanya kejayaan
bukannya menghitung jumlah pundit-pundi menuju puncak kejayaan,
atau melupakan keberadaan lantai yang engku jadikan penopang
maka tak lama lagi kakimu akan terjerembab ke dalam lubang neraka,
dan engkau akan merasakan betapa sakitnya punggung hidupnmu terinjak petaka
Langganan:
Postingan (Atom)