Saat kaki tertopang ditanah padang idealisme
Badan tertejang badai kemunafikan dan sinisme
Kelaziman yang tak lazim telah mengakar di setiap kepala
Dianggap normal laku polah yang tak normal
Dimana semestinya aku berada?
Ketika mengikut arus realis yang berteralis najis
Cibir-cibir sadis keluar dari bibir manis diujung lengkung keris
Selayak kata aku tak punya jati diri dan tonggak hati
Pecundanglah mereka atau aku yang meredupkan diri di lingkup tak berkatub
Dimana selayaknya aku berada?
Dunia bentang sosial hanya bermotif noda-noda binal
Sedikitpun ujung kulit ari tak ada bersihnya
Dimana kaki beranjak, mata berkelana hanya ada dosa hina
Rentang tangan hati terlampau jauh untuk memeluk nurani yang bersuci
Tak ada lagi jabat guru sejati
Bukan lagi jaman guru dituruti
Sudah usang pemimpin dihormati
Semua nyawa hilir mudik kebingungan mencari yang tak tercari
Langkah hari selalu hati-hati
Sementara lobang jalanan semakin dalam, sekmakin tak jarang
Berdiam sama artinya mati konyol terlindas detik-detik
Harus lari cepat, tepat dalam pijak-pijak lsetiap ayun kaki
Tapi kadang kebingungan menghuni hati ketika mencari tempat memulai
Dimana aku berada?
Dimana seharusnya aku berada?
Dimana sebaiknya aku memulainya?
Ach….. Mungkin tak perlu pikirkan hal itu
Malaikat kubur tak tanyakan tentang hutang akalku
Tanah kubur basah atau kering sama saja
Nisan dari batu atau kayu juga ada bedanya
Sama-sama sempit, gelap, pengap, sama-sama samar
Ach…. Aku cuma berputus sinar harap
Jan 07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar